Ragam  

MENGGUGAT DAN MEMBANGUN LAMONGAN

admin
Img 20250929 wa0098

DELIKJATIM86.Com/LAMONGAN – Sangkan paraning audit adalah bicara hulu hilir. Tidak berhenti pada reposisi kedudukan dalam sebuah jabatan kekuasaan. Namun lebih menukik kedalam, tentang asal usulan, pembagian anggaran, proses, asal bahan proyek pembangunan, akomodasi pemindahan, kepemilikan alat produksi dan seterusnya. Semangat Ini tentunya menjadi mata rantai yang harus digali agar mampu mempengaruhi perwujudan tinju perjuangan.

Perlu diingat bahwa puncak puncak perjuangan adalah mewujudkan amanah prokalamasi, tri sakti, peradaban yang membawa jiwanya bangsa yang bernama Pancasila. Pembangunannya memihak blok rakyat dan kehikmatan. Bukan untuk kepentingan kendaraan politik dan kekuasaan.

Termasuk berlaku dan didominasi yang mampu dan berkelebihan, atau elit yang jumlahnya cuma segelintir orang. Namun penataan peradaban harus melahirkan pemerataan keadilan. Agar tumbuh kemampuan bagi rakyat disegala sektor bidang. Agar semua potensi dilapisan rakyat dengan segala macam tipekalnya menjadi sadar, maju dan menemukan kesejahteraan.

Cita cita luhur para pendiri bangsa yang tertuang dipembukaan UUD 1945 butuh tenaga, kesadaran dan kepedulian bersama. Maka tafsir perubahan yang diusung harapannya tekorelasi dengan visi misi luhur tersebut. Sehingga semangat yang dibangun pemerintah dan masyarakat Lamongan menjadi selaras. Berkelanjutan, merambat kepada cita cita mulia dan esensi yang dibutuhkan.

Semangat juang yang dibangun dalam pemaknaan Lamongan membangun. Kita bisa menoleh kebelakang dengan spirit yang dilakukan oleh Bung Karno dengan pledoi “Indonesia Menggugat nya. Sebagai bentuk reflektif atas situasi ketidak adilan, kemanusiaan, penjajahan dan imprealisme modern yang memang membawa kesengsaraan bagi mayoritas rakyat.

Atas memahami persoalan yang menimpa bangsa inilah sehingga kaum terpelajar, organisasi yang berjiwa merdeka melakukan konsolidasi, grilya dan terus membangun arus pemahaman dalam melihat peristifa. Sehingga melakukan gerakan perlawanan dan penolakan terhadap kekejaman penjajahan dan imprealisme.

Warga Bangsa dan Negara dengan lapisan tipologinya memang perlu menghimpun diri. Bukan hanya sekedar maunya menyalahkan, namun juga perlu berjanji untuk tidak mengulang dan melanggar peraturan rambu rambu lalu sebagaimana yang diharap konstitusi.

Inilah yang kami maksud dengan konsep gerakan kesadaran dan merawat ketauladanan. Sebab antara menggugat dan membangun diri adalah titik awal untuk memperkuat sebuah barisan pergerakan. Sebagai mana wujudnya makna istilah _Katuladanan adalah tonggak perubahan_.

Menggugat diri adalah usaha untuk berjanji. Merefleksikan kembali atas raga bertemu dengan tiupan ruhNya. Nusantara dengan sumpah Hamukti Pahlapa Tan Hana dharma Mangrwah dan Indonesia Raya dengan Sumpah pemudanya.

Sebab apapun bentuk barisan, jika tidak sama sama dijaga niat dan prosesnya, maka bisa dipastikan umurnya akan seumur jagung. Akan selalu sibuk dengan bongkar pasangnya. Lupa bongkar muat sebagaimana yang diharapkan Pancasila dan UUD 1945.

(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *